Opini vs Fakta

Hakikatnya  wartawan melayani publik dengan informasi yang fakta dan benar. Kejadian dan narasumber berdasarkan fakta, data dan informasi benar. Selain fakta sebuah berita juga harus menarik, disampaikan dengan sistimatis, lengkap dengan 5w+1h-nya. Saya rasa bikin berita itu susah, syaratnya banyak ditambah lagi berita tidak boleh beropini apalagi memihak. Jadi wartawan itu susah.

Melebar sedikit ke film dokumenter, tuntutannya sama, berdasarkan fakta tapi beda banyak.  Seorang tokoh film dokumenter bernama John Grierson mendefinikan film jenis ini dengan  "The creative treatment of actuality,  mungkin sampai saat ini masih menjadi acuan. Perlakuan kreatif terhadap fakta atau kreatif terhadap fakta atau menyuguhkan fakta dengan kreatif....ya pokoknya gitu deh.

Dalan berita ada syarat harus menarik dam dokumenter ada semboyan perlakuan kreatif... yang begini kalau kelebihan bisa-bisa malah merubah isi berita.  ini pengalaman pribadi, goal-nya berita yang baik dan benar, gara gara sudut pandang yang menarik dan indah, isi beritanya malah salah.

Misalnya begini, dalam hobar habir unjuk rasa, jika posisi lensa dibelakang demonstran maka kemungkinan besar akan bermakna "polisi menyerang demonstran" begitupun sebaliknya. Walaupun narasinya udah berimbang tapi tetap saja gambarnya berat sebelah. Secara fakta ngga masalah, diambil dari sudut pandang manapun gambar yang diambil dari peristiwa itu adalah fakta, namun maknanya bisa berbeda-beda.

Selain sudut pandang lensa, narasumber juga demikian. ada berita tentang pendapat rakyat.
      Si "A' adalah rakyat, pendapatnya "satu"
      Si "B" juga rakyat, pendapatnya "dua"
Keduanya rakyat, keduanya fakta. Belum lagi soal mengutip pernyataan narasumber untuk dijadikan statement. Misalnya ada pernyataan "Semua orang bisa saja berpendapat negatif tapi ada akibat hukum yang menyertainya", lalu mulai dari kata "tapi" hingga akhir kalimatnya dibuang. Pernyataannya adalah sebuah fakta tapi pemenggalannya sesat.

Yang mengerikan adalah ketika wartawan atau bahkan medianya memang sengaja memilih fakta.
Dari sekian banyak fakta yang ada, kemudian dipilih fakta-fakta yang mendukung opininya. Kumpulan fakta itu melewati proses kreatif, kemudian berubah menjadi "tipuan".

Dalam hal ini, berita masih memiliki etika atau mungkin juga syarat, yang dikenal sebagai "cover both side". Harusnya film dokumenter juga menganut etika ini, tapi beberapa film propaganda bahkan mendapatkan pengghargaan yang cukup tinggi dalam festival internasional

Beberapa bulan jadi wartawan saya bertanya ke pimpinan saya, yang juga seorang tokoh berita televisi. Kira-kira pertanyaanya apakah wartawan boleh memihak? boleh katanya.  Kepada siapa tanya saya, "gunakan pengetahuan mu untuk membela publik".




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinema Verite

Televisi vs Internet

Televisi Digital