Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Liputan Dewa

Gambar
Rahasia umumlah  wartawan terima uang dari narasumber,  bisa karena  disogok,  uang transport  atau tips. Berita yang diselipin uang  biasanya terasa, wartawan yang baru kerja beberapa bulan juga bisa merasakan, seperti ada baunya. Tapi terima uang bukan hanya urusan tim lapangan, kordinator liputan, produser sampai pemimpin redaksi  sebelumnya juga  dari lapangan. Kelakuan dilapangan bisa saja terbawa sampai jabatan tertinggi di news room . Ilustrasi gambar: pininggapura.wordpress.com Ilustrasi Satu: Siapa yang nyuruh elo ngeliput ginian. Dikawal oleh pemimpin redaksi rapat rutin membahas  agenda  liputan untuk besok.  Saat rapat berlangsung,  jakarta  dilanda  hujan  deras, lalu diputuskan agenda besok adalah  banjir jakarta. Dibuatlah ploting untuk masing masing tim liputan.  Pada hari “H”  tim liputan sudah paham bahwa  isu hari ini tentang banjir, setiap wartawan dapat ploting liputan dari kordinatornya.  Hari itu ada tim liputan yang telepon humas parpol un

Media Online Kalah dari Media Sosial

Gambar
ilustrasi: laoblogger.com Jaman terus berubah, kebutuhannya berubah, cara melakukan sesuatu juga berubah. Ojek berkembang jadi ojek online atau ada yang mangkal tapi online. Perusahaan Internet Service provider juga  berubah menjadi Digital Service Provider. Dalam industri media koran,  Kompas melebarkan sayap ke media televisi dan media online. Stasiun televisi juga berubah menjadi network provider,  tapi belum. Dulu koran adalah media yang kuat, sekarang melemah. Saya ingat betapa kuatnya peran media koran, beritanya menjadi salah satu acuan dalam mengambil keputusan para elit. Selain medianya kuat wartawannya juga hebat, kemampuan menulis dan pengetahuan jurnalistiknya lebih mumpuni ketimbang wartawan media televisi tempat saya bekerja.  Para produser  media televisipun diduduki oleh para jagoan dari media cetak. Televisi terus memperbaiki diri, menganalisa ratting, menentukan jam tayang, merubah cara menyampikan berita. Bagaimana melalukan kombinasi antara audio visua

Wartawan dan Blogger

Gambar
Karena anak anak semakin perlu perhatian, istri saya memilih untuk berhenti bekerja. Kegiatan bloggingnya semakin aktif saat ia fulltime menjadi ibu rumah tangga. Sementara saya bekerja sebagai wartawan televisi. Saya dan istri: wartawan dan blogger Suatu ketika saya dimintai pendapat tentang blogg-nya. Terasa personal, ia berbagi pengalaman, pengetahuan dan ide. Soal perkembangan anak, style, kesehatan, masakan, macem macem. Layaknya orang berintraksi dengan lingkungan, tulisannya dibatasi oleh norma dan etika yang ia pahami. Fotografinya juga bagus, bukan dari segi teknis tapi kemampuan esensi fotografi-nya, dengan kamera pocket atau handphone ia menyampaikan pesan dengan bagus dan alami.    Ikut fitnes, lalu jadi artikel Wrtawan. Makan  siang setelah live report Kadang untuk membuat sebuah tulisan juga lumayan effort, misalnya dia mau menulis tema "rekreasi bersama keluarga", lalu dia minta ke saya untuk rekreasi bersama keluarga dihari m

Televisi Digital

Gambar
Selamat Datang Era Televisi Digital Indonesia memasuki era siaran televisi digital. Dari segi teknis saya ngga begitu paham seluk beluknya. Intinya penyebaran data televisi digital lebih banyak dibanding penyebaran data televisi analog seperti sekarang.  Satu frekuensi bisa dibagi dalam 6 sampai 8 chanel digital sehingga stasiun televisi menjadi bertambah banyak, penonton semakin banyak pilihan. Siaran digital hanya dapat diterima oleh pesawat televisi atau device berbasis digital, harganya lebih mahal dari rata rata pesawat televisi analog. Bisa juga pake pesawat televisi analog tapi perlu alat tambahan, intinya tambah biaya, ini masalah sementara. Jika ekosistimnya sudah berjalan, pada akhirnya orang akan beli juga layaknya kebutuhan kita terhadap mobile phone. Menurut saya menciptakan ekosistim digital adalah masalah utama tapi masalahnya kegedean buat dibahas.     Foto:OLX Persaingan antar stasiun semakin ketat. Sejauh mana televisi bisa menghibur, sejauh mana in

Televisi vs Internet

Gambar
Saya membatasi opini televisi versus internet ini dalam hal produksi berita. Saat pertama kali saya jadi wartawan pada tahun 2004. Saat itu koran saya anggap sebagai produk berita yang terkuat, ia sering menjadi refrensi sebuah berita, bahkan kadang refrensi kebenaran. Saya ingat saat mewawancarai seorang narasumber, seringkali ia mengutip sebuah informasi yang ia baca dikoran. Bahkan sebuah argumentasi dalam rapat di parlemen sering juga mengutip sebuah berita koran. Koran menjadi refrensi berbagai kalangan. Sifat koran sangat fleksibel, koran bisa dibawa, bisa disimpan, bisa ditunjukan, hebat!. Namun untuk urusan blow up televisi punya sifat unik, karena sifat audio visualnya, terutama berita peristiwa, ucapan kontroversi bahkan body language dan expresi , bisa bergema melalui televisi. Sebuah video jembatan roboh, statement narasumber, tersangka pelaku kriminal yang jalannya pincang karena peluru polisi, wajah tersangka kasus korupsi yang tersenyum tapi pahit sudah cukup menjel