Wartawan dan Blogger

Karena anak anak semakin perlu perhatian, istri saya memilih untuk berhenti bekerja. Kegiatan bloggingnya semakin aktif saat ia fulltime menjadi ibu rumah tangga. Sementara saya bekerja sebagai wartawan televisi.


Saya dan istri: wartawan dan blogger
Suatu ketika saya dimintai pendapat tentang blogg-nya. Terasa personal, ia berbagi pengalaman, pengetahuan dan ide. Soal perkembangan anak, style, kesehatan, masakan, macem macem. Layaknya orang berintraksi dengan lingkungan, tulisannya dibatasi oleh norma dan etika yang ia pahami. Fotografinya juga bagus, bukan dari segi teknis tapi kemampuan esensi fotografi-nya, dengan kamera pocket atau handphone ia menyampaikan pesan dengan bagus dan alami.   
Ikut fitnes, lalu jadi artikel
Wrtawan. Makan  siang setelah live report














Kadang untuk membuat sebuah tulisan juga lumayan effort, misalnya dia mau menulis tema "rekreasi bersama keluarga", lalu dia minta ke saya untuk rekreasi bersama keluarga dihari minggu saat saya libur. Senyum senyum dalam hati saya berpikir, " biaya artikelnya gede juga ya. Ya sudah, saya berpendapat bikin bahan blogg sekalian jalan jalan. Anak anak juga sering dijadikan model dalam foto foto di bloggnya. Kita sekeluarga menikmati kegiatan yang timbul karena keperluan bloggnya.

Senang
Saya juga senang dengan pekerjaan wartawan, saya berkerja lebih baik dan lebih keras dibanding rata rata. Mencurahkan kreativitas dalam karya jurnalistik televisi, straight news,  current afairs hingga mengejar berita eksklusif melalui siaran langsung. Dalam menjalani pekerjaan seringkali harus megeluarkan uang pribadi karena beberapa item pengeluaran tidak ada dalam aturan perusahaan, walau demikian saya senang dengan pekerjaan saya.

Kegiatan blogg dengan pekerjaan wartawan agak sama, membuat sebuah pesan yang konkrit lalu disebar ke publik. Blogger membagi pengalam dan pengetahuannya, dengan karya yang baik blogger akan menghasilkan audience kemuadian traficnya naik. Saya juga gitu, berita yang baik akan menghasilkan audience kemudian ratting televisinya naik.

Kerja
Kelebihan sebuah blogg adalah blogger-nya.  Viewer bertambah banyak, sponsor berdatangan, sehingga tanpa sengaja blogging menjadi pekerjaan. Suatu ketika istri saya bekerjasama dengan pemerintah untuk melakukan kampenye soal gizi anak.  Antara penerimaan dengan pengeluaran membuat artikel itungannya rugi, tapi tetap dilakukan.  Ia merasa perlu untuk mengingatkan audience tentang  gizi anak. Seperti musisi, modal jadi artis lumayan gede, tapi bukan semua soal uang, syarat utamanya harus senang  untuk berkarya. Sangat personal!

Wartawan bekerja untuk mendapatkan gaji. Ia tetap berusaha untuk kepentinga publik tapi tetap saja wartawan digaji oleh medianya. Untuk kepentingan publik, berita harus fakta dan penting untuk diketahui publik lalu dikemas dengan menarik. Saat saya menjadi kordinator, ada wartawan yang memilih mundur untuk masuk ke lokasi pembuhuhan karena tidak diberi ijin oleh petugas keamanan. Saya beri perumpamaan begini: andai ada sahabat atau keluarga kamu meninggal di tempat itu, apakah kamu tidak merasa wajib untuk mengetahui penyebabnya. Ada masyarakat yang meninggal disitu, sementara penyebabnya terkesan ditutupi, publik harus tau penyebabnya, "kamu adalah publik". Pekerjaan wartawan diatur dalam undang undang.

Opini Blogger dan Fakta Wartawan
Blogger bebas beropini, memiliki hak berpendapat, sifatnya personal. Sementara wartawan dilindungi oleh undang undang dan sebaiknya tidak beropini, sampaikan saja faktanya,  ada apa, siapa, kapan dimana, mengapa bisa terjadi, bagaimana hal itu terjadi. Wartawan juga sering beropini, ngga apa apa juga, tinggal atas tujuan apa wartawan melakukannya. (baca opini vs fakta). Akhirnya baik blogger maupun wartawan sama sama dibatasi oleh undang undang dan etika. Kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain.


















Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinema Verite

Televisi vs Internet

Televisi Digital