Liputan Dewa

Rahasia umumlah  wartawan terima uang dari narasumber,  bisa karena  disogok,  uang transport  atau tips. Berita yang diselipin uang  biasanya terasa, wartawan yang baru kerja beberapa bulan juga bisa merasakan, seperti ada baunya. Tapi terima uang bukan hanya urusan tim lapangan, kordinator liputan, produser sampai pemimpin redaksi  sebelumnya juga  dari lapangan. Kelakuan dilapangan bisa saja terbawa sampai jabatan tertinggi di news room.



Ilustrasi gambar: pininggapura.wordpress.com

Ilustrasi Satu: Siapa yang nyuruh elo ngeliput ginian.
Dikawal oleh pemimpin redaksi rapat rutin membahas  agenda  liputan untuk besok.  Saat rapat berlangsung,  jakarta  dilanda  hujan  deras, lalu diputuskan agenda besok adalah  banjir jakarta. Dibuatlah ploting untuk masing masing tim liputan.  Pada hari “H”  tim liputan sudah paham bahwa  isu hari ini tentang banjir, setiap wartawan dapat ploting liputan dari kordinatornya.  Hari itu ada tim liputan yang telepon humas parpol untuk datang ke acaranya. Selain bawa berita pejabat ujan ujanan melihat banjir,  si wartawan juga bawa berita peresmian kantor partai politik.  “Siapa suruh elo ngeliput  ginian” kata kordinator liputan atau yang biasa dipanggil sebagai korlip. Setelah itu wartawannya  diperoses  oleh  pemimpin redaksi. Biasanya dipecat.

Ilustrasi Dua: Bad News is Good Nesw
Seorang  humas yang departemennya jarang masuk berita mengeluh soal bad news is good news. Inovasi  yang lahir dari departemennya minim publikasi.  Jarang kantor berita yang memenuhi undangannya,  tetapi  secara personal mengundang  wartawan biasanya datang,  masalahnya beritanya tidak muncul.  Semacam curhat pak humas mengungkapkan bahwa ngundang  wartawan  bukan untuk membesar besarkan,  melainkan agar masyarakat  terutama generasi muda lebih bersemangat,  bahwa  Indonesia bisa.  

Curhat  pak humas banyak terjadi, tapi banyak juga yang faktanya  tidak seindah kata-kata pak humas. Wartawan perlu memeriksa kebenaran sumber informasi, bukan katanya-katanya. Tanpa uang sogokan berita  yang benar benar baik dan inspiratif  tentu saja  bisa  tayang,  karena yang demikian diminati audience.

Ilustrasi Tiga: Jalan Toll
Lain kisah, suatu ketika ada ploting sampai keluar kota, tiba ditujuan  disambut oleh panitia berwarna parpol.  Tim liputannya senyum-senyum begitu tahu bahwa konten beritanya “bau”. Wawancara si bapak, ikuti kegiatannya setelah itu kembali ke hotel.  Tiba dikantor, berita diserahkan ke kordinator liputan, tidak ada pertayaan menyelidik, malah semua senyum senyum saja. Saat berita sampai ke tangan produser juga demikian, "ini plotingan siapa" tanya produser ke korlip, liputan dewa  kata korlip. Tim liputan, Kordinator liputan, produser, pemimpin redaksi  sama sama wartawan, insting terhadap berita juga sama, sama sama tau  mana berita penting mana berita “bau”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cinema Verite

Opini vs Fakta

Televisi vs Internet